Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) hari Senin, 8 Juni 2020 mengadakan silaturahim dengan Pimpinan Pondok Modern Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal melalui aplikasi Zoom yang juga disiarkan langsung di YouTube Channel Gontor TV dan Tazakka TV.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 150an Pimpinan Pondok Alumni Gontor yang tergabung dalam Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG). Sebagian lainnya, sekitar 130an mengikuti melalui live streaming youtube karena sedang berada di luar pondok.
Acara ini dimoderatori oleh Sekjen FPA, KH. Anang Rikza Masyhadi, MA, yang juga adalah Pimpinan Pondok Modern Tazakka Batang Jawa Tengah. Acara dibuka dengan bersama-sama menyanyikan lagu “Oh Pondokku” yang dilakukan dari tempat masing-masing.
Ketua Umum FPA Gontor, Dr. KH. Zulkifli Muhadli, dalam sambutannya merasa sangat bersyukur atas terselenggaranya acara ini dan terutama atas perkenan Bapak Pimpinan Pondok Modern Gontor KH Hasan Abdullah Sahal untuk hadir dan memberikan taushiah di tengah-tengah kesibukan beliau yang luar biasa.
Kiai Zulkifli menegaskan bahwa memang setiap pondok alumni mempunyai visi, misi, cara, strategi, metode yang berbeda, tetapi berjalan dalam satu ikatan dan koridor, yaitu Nilai-Nilai Gontor. Walaupun berbeda, pondok-pondok alumni bertanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai pondok dalam berbagai keadaan yang berubah sangat cepat sekarang ini.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor (PP-IKPM), KH. Ismail Budi Prasetiyo, organisasi yang menjadi induk FPA Gontor, sangat bersyukur dengan terselenggaranya acara ini. Menurut Ustadz Ismail, kita semua bertanggung jawab untuk meneruskan perjuangan trimurti, dan di sinilah berkumpul para kiyai yang tergabung dalam FPAG dalam upaya meneruskan perjuangan Trimurti Pendiri Pondok Modern Gontor.
PP IKPM, lanjut ustadz Ismail akan medorong, membantu, dan memfasilitasi apapun yang dibutuhkan demi derap langkah organisasi FPAG di masa mendatang. “Organisasi FPAG ini sangat strategis dalam konteks pengembangan nilai-nilai Gontory di masyarakat, karena para kiai itu mendidik para santri dan masyarakatnya yang bekalnya adalah dari Gontor” ujarnya.
Pimpinan Pondok Modern Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal memberikan taushiah kurang lebih 1 jam yang memberi nutrisi penting bagi para kiai pimpinan pondok alumni Gontor.
KH Hasan Abdullah Sahal mengingatkan agar para pimpinan pondok menegaskan kembali MENGAPA dan UNTUK APA mendirikan pondok. “Tanyakan selalu pada diri kita: why and what for?” tandas beliau.
Hidup ini terdiri dari mu’amalah ma’alLah, mua’amalah ma’annas, dan mu’amalah ma’al ‘aalam. Tetapi yang harus diingat, semuanya bukan berdiri sejajar. Yang di atas dan menaungi itu semua adalah mu’amalah ma’alLah. Nilai-nilai mu’amalah ma’alLah itulah yang menjadi dasar bagi mu’amalah-mu’amalah lainnya, termasuk mu’amalah ma’a corona sekarang ini.
“Mendidik dan mengajar itu muamalah dengan manusia, tapi tidak bisa dilepaskan dan harus bersandar pada muamalah dengan Allah” tegasnya.
Tugas kita adalah mendidik para santri untuk bisa menjadi mundzirul qaum: mengingatkan masyarakat, mengingatkan bangsa dan negara agar selalu berada dalam rel mu’amalah ma’alLah. Dan sebagai orang berilmu, tanggung jawab para kiai jauh lebih berat dari orang-orang biasa.
“Di akhirat, orang awam biasa pertanyaannya sedikit, para kiai ini pertanyaannya bisa lebih banyak, karena tanggungjawabnya banyak” kata Kiai Hasan.
Ayat Al-Qur’an “Apakah sama orang berilmu dengan orang tidak berilmu” (Az-Zumar: 9), dalam konteks para kiai bukan menunjukkan “penghormatan” (ikram) dan “penghargaan” kepada orang-orang berilmu, tetapi mengingatkan bahwa tugas dan tanggung jawab orang berilmu jauh lebih besar dibandingkan dengan orang biasa.
Kita mendidik orang-orang untuk bisa menjadi mundzirul qaum, lanjut Kiai Hasan. Karena itu di Gontor tidak hanya diajarkan MTSN: Makan, Tidur, Shalat, Ngaji, tetapi juga diajarkan tentang keorganisasian, kepemimpinan dan kemasyarakatan. Agar bisa terjun ke masyarakat dan menjadi mundzirul qaum.
Gontor mengajarkan tiga unsur, yaitu keislaman, keilmuan, kemasyarakatan. Bukan hanya keislaman saja, shalat, puasa, wirid, dzikir dan lain sebagainya, dan bukan keilmuan keagamaan saja, tetapi juga keilmuan dan kemasyarakatan. Itulah makna kemodernan yang kita pahami. Karena itu, kecerdasan itu bukan yang hanya untuk dirinya sendiri. Cerdas itu adalah orang yang mampu mengembangkan kepakarannya, kepintarannya untuk berguna bagi masyarakat.
Fungsi Kiai, lanjut Kiai Hasan adalah multifungsi: teacher, manager, leader. “Kiai di pesantren itu bukan sekedar mengajar, tapi juga mengatur, memenej dan memimpin pergerakan” papar Beliau.
Teacher yang baik harus mampu melahirkan teacher yang baik. Manager yang baik harus mampu melahirkan manager yang baik. Leader yang baik harus mampu melahirkan leader yang baik. Begitu seterusnya.
Kiai Hasan juga menandaskan bahwa watak pesantren dari dulu adalah anti kekafiran dan anti penjajahan. Jika ada pesantren atau kiai tidak anti kekafiran dan tidak anti penjajahan, maka batal kekiaiannya.
“Anti kekafiran bukan berarti kita benci orang kafir. Jadi tolong jangan dipahami bahwa anti kekafiran itu lalu membunuhi orang kafir. Yang kita tentang itu kekafirannya, penyimpangannya, kemaksiatannya dan penjajahannya” tandas beliau.
Kunci-kunci keberhasilan adalah keteladanan. Gontor sudah menjadi teladan. Pondok itu jannah. Pondok itu surga. “Maka, para kiai pesantren alumni Gontor ini jangan keluyuran terus, diamlah di pondok dan buatlah warisan yang baik, warisan sistem yang baik, teacher yang baik, manajer yang baik, para leader yang baik” pungkasnya.
Demikian, taushiah KH. Hasan Abdullah Sahal yang kemudian menutup acara dengan pembacaan doa.
Forum Pesantren Alumni Gontor kini beranggotakan sekitar 450an pesantren alumni dan sekitar 400an pesantren ‘cucu’ yaitu pesantren alumni yang alumninya mendirikan pesantren. “Alhamdulillah, semuanya berqudwah kepada sistem dan nilai-nilai Gontory” terang Kiai Anang, Sekjen FPAG.
@akbarzaenuddin – departemen informasi & publikasi FPAG